Bulan ini adalah awal dari sesi berikutnya dari babak politik negeri ini. Daftar bakal calon legislatif sudah dirilis oleh KPU, bakal calon pasangan presiden-wakil presiden sudah mendaftar dan melakukan cek kesehatan. Pastinya media sosial akan mulai lagi menghangat dengan adanya peristiwa ini.
Politik Itu Kotor
Pernyataan ini seringkali terlontar. Baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dalam bersosialisasi di masyarakat maupun media sosial.
Mengapa sampai terlontar pernyataan ini? Mengapa harus saya mulai dengan ini?Coba pikir sendiri deh.
Apa Itu Politik?
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Secara terminologis dapat diartikan:
- Menunjuk kepada satu segi kehidupan manusia bersama dengan masyarakat. Lebih mengarah pada politik sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan, memperbesar atau memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics). Misal: kegiatan politik, hak-hak politik, kejahatan politik.
- Menujuk kepada “satu rangkaian tujuan yang hendak dicapai” atau “cara-cara atau arah kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Lebih mengarah pada kebijakan (policy). Misal: politik luar negeri, politik dalam negeri, politik keuangan.
- Menunjuk pada pengaturan urusan masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah mengatur urusan masyarakat, masyarakat melakukan koreksi terhadap pemerintah dalam melaksanakan tugasnya (siyasah).
Di antara ketiga definisi tersebut, tentunya definisi pertama lebih memiliki konotasi negatif dibandingkan definisi kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan orientasi yang pertama adalah politik kekuasaan, untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dalam jalan apapun entah baik entah buruk, dapat menghalalkan segala cara dan lebih berorientasi pada kepentingan pemimpin atau elit yang berkuasa. Sedangkan definisi politik yang kedua dan ketiga lebih berorientasi pada politik pelayanan terhadap masyarakat, dimana posisi pemimpin merupakan pelayan masyarakat bukan penguasa aset-aset strategis.
Politik dan Anak Muda
Daniel Wittenberg pada 2013 menulis artikel di The Guardian mengenai anak muda dan politik. Wittenberg menceritakan bagaimana ia dan anak muda lainnya tertarik dengan isu-isu yang berkaitan dengan masa depannya seperti akses pendidikan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan, dan rumah murah. Bahkan Wittenberg dengan tegas menyatakan bahwa sesungguhnya anak muda tertarik dengan politik, tapi tak pernah diberi kesempatan dalam politik.
Dari laporan survey CSIS 2017, Anak muda, atau yang dalam laporan disebut sebagai kaum milenial, memiliki minat untuk membahas isu sosial dan politik. Meskipun hanya 2,3% populasi.
Gerakan Politik Anak Muda
Konon saat ini mulai bermunculan gerakan generasi muda. Misalkan saja PSI, silakan cari sendiri kepanjangannya. Ada aturan bahwa pengurus partai dibatasi maksimal 45 tahun, dan saat ini pengurus daerah rata-rata berumur 20-30 tahun.
Bahkan saat ini banyak pemimpin-pemimpin muda yang mulai masuk ke dalam politik dan pemerintahan.
Media Sosial dan Anak Muda
Masih dari laporan survey CSIS 2017, 54,3% para milenial setiap hari mengakses media online untuk meng-update berita. Dan sebagian besar para milenial itu memiliki akun media sosial, diantaranya Facebook, WA, BBM, Instagram, Twitter dan Path.
Dengan pangsa konsumen sebanyak itu tentunya penetrasi politik sangat potensial bila merambah ke media sosial.
Politik di Media Sosial
Media sosial membuka akses yang begitu luas. Siapapun bisa menjadi penulis di media sosial. Tidak mengherankan ketika kini media sosial benar-benar menjadi media bebas yang diisi konten positif maupun negatif.
Tentu saja, keberadaan media sosial tidak sepenuhnya salah. Tak boleh ada batasan yang mengekang pula terhadap akses media sosial. Karena itulah, media sosial tantangan tersendiri dimana masyarakat dapat bebas berekspresi.
Penggunaan media sosial untuk kampanye politik pun tidak bisa dihindarkan. Para politisi tentu sadar bahwa media sosial sudah menjadi arus utama informasi utamanya generasi muda. Karena itu, pendekatan melalui media sosial kepada generasi muda juga harus dengan cara-cara yang bijak.
Politisi hendaknya punya tanggung jawab untuk memberikan edukasi politik, atau konten yang positif kepada generasi muda melalui media sosial. Sehingga kesadaran politik yang terbangun dari mereka adalah kesadaran politik yang positif.
Etika
Entah masih ada yang ingat atau tidak. Ada aturan, ada hukum, ada etika. Yang terakhir ini, absurd.
Entah logika apa yang membuat saya menulis artikel ini. Namanya juga logika gila.
One thought on “Politik Media Sosial”